Dampak Media Massa……….

Dampak Media Massa

Barangsiapa menguasai informasi maka dia akan menguasai dunia. Hampir semua orang yang mendengar ungkapan tersebut percaya akan kebenarannya. Dan ini memang bukan basa basi, realitas telah memberikan bukti disepanjang sejarah manusia. Seseorang yang memiliki informasi selalu memenangkan setiap kesempatan yang ada. Oleh karena itu peran media massa memili pengaruh yang luar biasa. Di dalam media berbagai macam informasi saling bertarung untuk merebut perhatian khalayak. Efek yang ditimbulkan oleh media erat kaitannya dengan perubahan akan pengetahuan , sikap serta perilaku yang disebabkan oleh pemberitaan media massa.
Media sebenarnya merupakan sebuah elemen penyalur informasi yang mempunyai pengaruh cukup kompleks. Dapat dikatakan kompleks dikarenakan media tidak hanya mempengaruhi benak individu per individu tetapi lebih jauh media juga mampu merubah tataran kehidupan yang ada di masyarakat. Permasalahan tentang gaya , mode serta trend yang sering kali terjadi dan berubah secara dinamis merupakan campur tangan dari media. Pemberitaan mengenai peristiwa tertentu yang disusun dan diberitakan sehingga khalayak menganggapnya lebih penting dibandingkan beberapa peristiwa lain yang sebenarnya lebih penting tetapi dianggap tidak penting karena tidak ada campur tangan media. Bertambahnya pengetahuan individu serta perubahan perilaku individu juga dapat dikatakan merupakan campur tangan media. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Karl Erik Rosengren yang mengatakan dampak media dapat dilihat dari skala kecil dan besar. Skala kecil merujuk pada individu, sedangkan skala besar merujuk pada masyarakat luas. Selain itu dampak media juga dapat dilihat dari kecepatan yaitu seberapa cepat media membawa perubahan dalam masyarakat. Ada yang hanya berupa hitungan menit bahkan ada yang memerlukan waktu bertahun – tahun.
Menurut Baudrillard, batas realitas dan hiburan telah kabur. Gambar telah memberikan identitas maya terhadap kenyataan, hingga berita politik ditampilkan tak ubahnya suatu hiburan, dan peristiwa nyata mengenai perang dan pembantaian berubah menjadi layaknya naskah sandiwara melodrama ataupun tragedi. Berkelindannya budaya, politik, dan hiburan ini sebegitu eratnya hingga batas antar realitas menjadi tumpang tindih, dan tak lagi bisa ditentukan batas tegasnya.

Dampak media massa lainnya adalah kekuatan media dalam mengubah dan membentuk gaya hidup seseorang. Sejumlah peneliti mengungkapkan, menonton televisi secara berlebihan di kalangan anak-anak bisa menyebabkan cara hidup yang pasif dan malas bergerak pada anak-anak. Hal ini mengakibatkan munculnya gejala semacam kegemukan, kebiasaan makan yang salah, naiknya kolesterol, penyakit pencernaan, dan gangguan psikologis.
Kian meningkatnya arus urbanisasi di negara-negara berkembang, memunculkan pula gaya hidup perkotaan ala Barat. Padahal, setiap negara memiliki kebudayaan dan keyakinan khas yang terkadang berseberangan dengan nilai-nilai Barat. Karena itu, media-media massa lokal harus memberikan perhatian yang lebih serius terhadap nilai dan budaya setempat masyarakatnya.
Meski demikian, media massa juga bisa berperan positif bagi masyarakat. Karena itu, masalah kesehatan sosial masyarakat harus kita kaji dari beragam sisi. Dari sisi moral, masyarakat yang sehat adalah masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral, semacam cinta sesama manusia, menghormati hak-hak orang lain, menyebarnya tradisi saling memaafkan dan mengasihi. Terkait hal ini, media massa bisa berperan positif dalam menyebarkan dan membumikan nilai-nilai moral. Penayangan acara yang mendidik namun menghibur merupakan salah satu cara efektif bagi media untuk membangun masyarakat yang sehat.
Media massa juga bisa berperan sebagai sumber rujukan di bidang pendidikan dan penyebaran informasi yang cepat. Dalam hal ini, media dapat meningkatkan tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang penting dalam mengajak masyarakat untuk memerangi kekerasan, dan tindak kriminalitas.
Media sebagai kekuatan strategis dalam menyebarkan informasi merupakan salah satu otoritas sosial yang berpengaruh dalam membentuk sikap dan norma sosial suatu masyarakat. Media massa bisa menyuguhkan teladan budaya yang bijak untuk mengubah perilaku masyarakat. (Jaya Pramono Adi, Mahasiswa Komunikasi,Undip).

sekadar tahu ….

Jika anda berkunjung ke Yogya, mungkin anda pernah membeli bakpia pathok.. Ya, sebenarnya gak perlu jauh ke Yogya..Karena di Semarang sudah sejak lima tahun yang lalu terdapat kue pia..
Lebih enak,karena justru lebih renyah bikinan home industri di Semarang.kue pia,begitulah orang Semarang menyebut. Ada yang bermerek Murni, dll.
Ya,cobalah,maka anda akan menikmati kerenyahan kue pia khas Semarang tersebut..Yang pasti harganya pun lebih hematy dibanding bikinan Yogya..

mengenal beragam manfaat internet

Internet dan Pemaanfaatannya untuk Informasi

Masyarakat kini makin dimudahkan dengan beragam media massa baru terutama internet. Internet merupakan sebuah media penyedia informasi, memiliki ciri antara lain kecepatan akses dan komunikasi, yakni hanya dengan perangkat komputer dan koneksi jaringan .
Saat ini perkembangan website sangat mengundang para visitor atau pengunjung dalam mencari informasi yaitu dengan menembangkan web site yang berisi berbagai macam informasi seperti alamat URL, informasi pariwisata dsb. Para visitor akan terbantu dalam menemukan informasi yang dibutuhkan. Beberapa search engine yang yang terkenal diantaranya adalah: Google.com, Yahoo.com.
Search Engine atau mesin mencari adalah sebuah program yang membantu mempermudah pencarian dokumen dengan kata kunci yang dibidik dan akan muncul hasil pencarian beberapa hal yang akan memberikan keuntungan dari search engine adalah :
Mencari alamat website atau Blog untuk diunduh, membantu mencari dokumen, jurnal, artikel, gambar video, selin tu juga mempermudah pengguna dalam mencari informasi yang ada di web tersebut. Cara kerja search engine adalah dengan menyimpan informasi tentang banyak halaman langsung dari World Wide Web atau dikenal dengan “www” web pages akan diambil oleh web Crawler dan secara otomatis pula akan mengikuti link yang terdeteksi, isi halaman kemudian dianalisa dan ditentukan cara peng-index-annya kemudian data data tersebut akan disimpan dalam sebuah data base index yang kemudian akan menghasilkan halaman halaman situs yang paling sesuai dan relevan dengan kata kunci yang ditargetkan.
Informasi-informasi yang terdapat dalam www dalam bentuk halaman-halaman web (web pages). Misalkan suatu sekolah memiliki halaman web, maka halaman web akan diletakkan ke dalam situs web (web site).
WWW adalah aplikasi yang paling menarik di Internet dan sangat banyak digunakan, di internet untuk menyampaikan informasi karena sifatnya mendukung multimedia. Artinya informasi tidak hanya disampaikan melalui teks, tapi juga gambar, video dan suara.
Beberapa aplikasi Perangkat lunak yang digunakan untuk membuka www atau istilahnya adalah browser (menjelajah) antara lain adalah Opera, Internet explorer, Mozilla Firefox, dll.
Web Server adalah komputer yang tergabung dalam jaringan atau internet yang memberikan informasi.
Web client adalah komputer yang tergabung dalam jaringan atau internet yang meminta informasi. Untuk dapat mengakses web server, web client menggunakan aplikasi yang disebut Web browser.
File yang dikirim dalam layanan web ini berekstensi *.htm atau *.html. HTML merupakan singkatan dari hypertext markup language, yaitu satu bahasa yang digunakan untuk mendefinisikan susunan informasi dalam file hypertext. Hypertext sendiri adalah suatu struktur pemyampaian informasi dimana satu atau beberapa kata pada suatu file dapat di-link untuk mengeluarkan file baru yang biasanya berisi informasi detail tentang kata tersebut.
Seiring dengan semakin berkembangnya jaringan internet di seluruh dunia, maka jumlah situs web yang tersedia juga semakin meningkat. Hingga saat ini, jumlah halaman web yang bisa diakses melalui internet telah mencapai angka miliaran.
Untuk memudahkan penelusuran halaman web, terutama untuk menemukan halaman yang memuat topik-topik yang spesifik, maka para pengakses web dapat menggunakan suatu search engine (mesin pencari). Penelusuran berdasarkan search engine dilakukan berdasarkan kata kunci (keyword) yang kemudian akan dicocokkan oleh search engine dengan database (basis data) miliknya. Dewasa ini, search engine yang sering digunakan antara lain adalah Google (www.google.com) dan Yahoo (www.yahoo.com).
(HyperText Transfer Protocol) adalah protokol yang dipergunakan untuk mentransfer dokumen dalam World Wide Web (WWW). Protokol ini adalah protokol ringan, tidak berstatus dan generik yang dapat dipergunakan berbagai macam tipe dokumen.. (Mia Aulia Hasana, Mahasiswa Komunikasi Undip.)

Kajian-kajian tentang Televisi kita..

Komodifikasi Dunia Anak Tergadai Kembali

Setelah meraih sukses dengan program Idola Cilik 1 yang menelorkan artis cilik Kiky dan Idola Cilik 2 dengan pemenang Debo kini dengan gencar RCTI kembali menggelar sayembara pencarian artis cilik dengan label Idola Cilik 3. Antusias peserta yang mencoba peruntungan di acara ini menunjukkan angka kenaikkan dibanding sequel sebelumnya.
Idola Cilik menciptakan sebuah dunia lain yang penuh imitasi, semu, impian, khayalan, dan palsu. Eksploitasi terhadap anak secara habis-habisan disyahkan dalam acara tersebut. Jika kita telaah lebih dalam banyak sekali format dalam acara tersebut yang membuat si anak tanpa sadar terdholimi oleh pelaku industri media atau jika bisa lebih jauh dikatakan para pelaku industri telah merampas Hak Asasi anak tersebut. Mereka dipaksa atau dikarbit menjadi dewasa sebelum waktunya.
Para pelaku media membidik usia dini yang masih sangat labil. Usia yang masih hijau untuk mengerti sebuah makna idola, diidolakan, dan teridolakan. pada usia ini anak-anak cenderung pasrah akan dibentuk menjadi apa dan siapa oleh orangtua dan lingkungannya.
Beberapa permasalahan yang mengakibatkan anak tersebut terekploitasi yaitu
Lagu yang Dibawakan
Dalam acara Idola Cilik anak-anak yang menjadi peserta lebih sering membawakan lagu bertema orang dewasa. Mereka menjadi produk karbitan demi nafsu serakah oknum-oknum budak kapitalis. Lagu-lagu yang mereka nyanyikan adalah lagu yang sangat tidak sesuai dengan usia dan perkembangan jiwa anak-anak. Lagu dewasa mempunyai ambitus yang lebar lebih dari 1,5 oktaf dan naik turunnya tajam hingga seperempat Padahal lagu yang lumrahnya dinyanyikan anak-anak adalah lagu bermain(dolanan) yang ambitusnya pendek seperti lagunya Joshua yang berjudul ”Di Obok-obok”. Lagu bermain tersebut memang diciptakan sesantai mungkin, dengan range vocal yang sempit.
Dengan tuntutan itu para peserta harus mengolah vokal layaknya peserta Indonesia Idol (salah satu acara pecarian bakat di stasiun TV yang sama) agar mereka dapat melantunkan lagu-lagu orang dewasa dengan improvisasi yang sangat menakjubkan. Mereka disulap oleh industri agar bergaya layaknya penyanyi aslinya juga, dengan make-up serta dandan yang sangat memaksa bagi anak-anak.
Kasus diatas juga disebabkan karena jarangnya produksi lagu anak-anak dan hal tersebut merupakan imbas dari kecenderungan industri musik yang sekarang lebih menitikberatkan pada tren penyanyi dewasa dan grup band. Hal ini membuat anak-anak kehilangan idola yang sesuai dengan usia mereka sehingga ikut dalam permainan industri yaitu menyukai lagu orang dewasa. Saat ini penyanyi anak memang tidak sesubur seperti pada saat penulis masih anak-anak. Sebut saja Sherina, Trio kwek-kwek, Geovanni, Saskia, dan juga Joshua (yang diekploitasi habis-habis oleh papanya bekerjasama dengan Helmy Yahya).
Waktu yang dikomersialkan
Kita bisa membayangkan tak kurang dari EMPAT JAM para peserta menghabiskan waktunya setiap hari Sabtu untuk berunjuk kebolehan dan DUA JAM setiap hari Minggu untuk mengetahui nasib mereka. Over dosisnya para krative acara dalam mengkomersialisasikan dan mengekploitasi waktu anak-anak melebihi tiga jam sudah melanggar aturan UU penyiaran tahun 2002 pasal 48 ayat 4point E yang berbunyi ”standar isi siaran harus melakukan perlindungan terhadap anak-anak, remaja, dan perempuan” yang artinya para pelaku industri media dilarang mengekploitasi subjek yang disebut.
Industri hiburan menjual masa kanak-kanak para peserta Idola Cilik. dengan dalih sebagai upaya menggali potensi atau bakat menyanyi yang terpendam. Meskipun para peserta tidak di karantina dengan alasan mengganggu waktu sekolah tetapi di balik itu mereka harus menghabiskan waktu yang seharusnya dialokasikan untuk bermain menjadi waktu untuk berlatih vokal yang sangat sulit untuk menampilkan performance yang sempurna di hadapan para komentator.
Disisi lain, para penonton (anak-anak) live di studio juga harus berdiri selama berjam-jam untuk menyaksikan idolanya bernyanyi, begitu pula yang dirumah dengan serunya mereka menghabiskan waktu empat jam untuk menonton TV, seharusnya waktu tersebut dapat dialokasikan dengan tidur siang.
Ancaman Psikologis
Para peserta Idola Cilik hidup dalam suasana kompetisi yang mengarah pada kalkulasi yang di ikuti oleh mazhab kapitalisme yaitu untung dan rugi. Hal tersebut dengan alami akan menjelma dalam tubuh anak-anak usia di bawah 12 tahun yang menjadi peserta Idola Cilik, sehingga kebiasaan akan membawa nalar mereka sesuai dengan apa yang menyelimuti kehidupannya. ya, seorang idola cilik yang harus menang jika ingin sukses.
Kita bisa melihat tangisan Bastian salah seorang peserta Idola Cilik 2 yang baru berusia 6 tahun ketika dia membuka rapornya berbintang merah dan harus tinggal kelas serta tidak bisa lagi menyanyi di sesi terakhirnya. Emosi para peserta Idola Cilik yang sama sekali belum stabil membuat peserta itu sangat tertekan sekali dalam kehidupan mereka, berharap minggu demi minggu agar tidak tinggal kelas (sebutan tereliminasi dalam acara tersebut). Padahal anak-anak berhak untuk bisa bermain dengan gembira tanpa ada tekanan atau paksaan dalam menjalani kehidupan mereka.
Selain itu, kita mungkin bisa membayangkan kondisi pskologis peserta hadapi. apakah kebahagiaan ketika komentator memberi apresiasi positif terhadap penampilannya. atau kecewa dan tertekan ketika penampilannya tidak sesuai yang diharapkan dan di cela habis-habisan oleh Om Dave yang berbalut canda tawa dengan aksi ”ejek-ejakan” dengan presenternya Okky Lukman. Padahal semuanya sudah di set Uncle Jo untuk koreografi, kak Uci untuk vokal, kak Ody n friends di bagian arransmen lagu dan tante teti untuk kostum. dirinya bukan lagi miliknya. ia milik komentator, koreografer, produser, supporter, produk iklan dan tentunya juga orang tua.
Banyak dari orang tua berdalih bahwa hal tersebut keinginan langsung dari anak-anak, tetapi jika tidak ada dukungan dari orang tua, pastinya si anak juga tidak mungkin datang sendiri ke tempat audisi dan berhasil masuk dalam 14 besar Idola Cilik setelah melewati berbagi kompetisi yang standar penentuannya tidak jelas, yaitu SMS. Bisa juga yang kaya akan menang. Lihatlah kasus AFI 3 yang memenagkan Sutha dari Bali, bersumber salah satu blog menyebutkan bahwa dalam semalam saat grand final keluarganya mengahabiskan uang sebesar 175 Juta untuk mendukung Sutha.
Menjual Realita
Selain permasalahan yang dibahas diatas, kemasan terbaru yang di rancang oleh para pelaku industri media untuk mempertahankan audience adalah dengan menjual realitas yaitu ketika Air mata menjadi komoditas. Tak heran setiap hari iklan Idola Cilik yang bertujuan menjual lewat SMS muncul berkisah tentang kehidupan mereka ”yang menyedihkan” agar para penonton berkasih untuk mengirim dan mendukung peserta tersebut. Contohlah pada kasus Idola Cilik 2, Rahmi salah satu peserta dari Aceh yang selalu menceritakan dalam iklannya kalau dulu waktu tragedi Tsunami keluarganya kehilangan rumah,dll. Sungguh klise sekali.
Mungkin mereka telah kehabisan akal sampai menjual realita. tidak hanya sampai disitu mereka juga mengkomersilkan kehidupan para peserta dalam bentuk sms. Hanya dengan mengetik REG (spasi) ICIL para penonton dapat mengetahui semua kegiatan para finalis.
Ironis sekali memang. Seperti yang dikatakan oleh Nick Stevenson bahwa Kolonisasi permainan, imajinasi dan fiksi anak-anak oleh agen-egen komersial telah berlangsung melalui integrasi produksi komoditi dan estetik program Idola Cilik juga telah merepresentasikan hal tersebut.
Televisi Indonesia juga memandang bahwa anak-anak adalah segmen khlayak yang strategis dan penting. Anak-anak dalam media di Indonesia masih sering ditampilkan bila mereka dianggap sebagai ”masalah” atau ”idola”. Sebagai idola, mereka harus disayang dan disanjung setinggi langit. Media melakukan selebritisasi terhadap bintang anak-anak. Media anak-anak tidak hanya menjadi saluran budaya populer dimana orangtua mengkonstruksi identitas masa kanak-kanak yang serba ideal, tetapi di dalamnya anak-anak juga memahami masa kanak-kanaknya dengan kebutuhan mereka sebagai anak-anak. Media anak-anak itu sendiri dengan demikian adalah budaya pop. Didalamnya pergulatan makna tentang dunia anak-anak diperebutkan oleh industri budaya dan juga desakan selera dan harapan orang tua yang sebagian telah terkomersialisasikan.
Beberapa pengamat dan figur pendidik mengkhawatirkan wajah dunia anak-anak ditengah keinginan orangtua untuk menjadikan anak seperti ”dewasa yang prematur” dan ditengah tarik menarik antara orangtua dan media massa yang akan terus berlangsung dalam benak anak hingga ia keluar rumah , ke sekolah, dll.
Psikolog, Prof Sarlito Wirawan menggambarkan dengan cerdas kecenderunag ini sebagai dilema yang dihadapi orangtua dalam berhadapan budaya media yang akan sulit dimenagkan orangtua.
Media memiliki peran yang luar biasa yang membuat mereka menjadi artis mendadak dengan penampilan yang riil. Menurut Kline, komersialisasi budaya anak-anak terus mengalami peningkatan selama 1980an, lewat program-program acara TV anak-anak sendiri semakin banyak digunakan dalam iklan-iklan untuk produk komersial.
Bukankah globalisasi media dengan segala niilai yang dibawanya seperti lewat TV, radio, majalah, koran, buku, dll sedikit banyak telah berpengaruh bagi makna dunai anak-anak dan pandangan dunia anak-anak kita. Bahkan ada indikasi kuat bahwa makna anak-anak kini mulai bergeser karena kejayaan ”pembawa nilai-nilai” tradisonal seperti ulama, guru, dll sudah dikudeta dan digantian oleh ”pembawa nilai-nilai” pasca modern seperti artis, selebritis, budaya pop dan gemerlap industri budaya massa TV yang mulai mendapat legitimasi dan penghargaan budaya yang tinggi dalam budaya media dan budaya konsumen.
kronisnya wajah pertelevisian anak-anak kita sat ini. Semoga lembaga yang berwenag seperti KPI (Komisi Penyiaran Indonesia), KPAI (Komisi Penyiaran Anak Indonesia), dan media watch lainnya mampu menangani masalah-masalah media anak di Indonesia saat ini. (Faisal Alfarokhi, mahasiswa Komunikasi